BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sastra (Sanskerta: शास्त्र,
shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti
"teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata
dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan"
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak biasa adalah
pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai
defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra
yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu
contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti
kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan
(sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau
pemikiran tertentu.
Karya sastra merupakan
hasil cipta rasa manusia. Karya sastra lahir dari ekspresi jiwa seorang
pengarang. Suatu hasil karya dikatakan memiliki nilai sastra jika isinya dapat
menimbulkan perasaan haru, menggugah, kagum, dan mendapat tempat di hati
pembacanya. Karya sastra seperti itu dapat dikatakan sebagai karya sastra yang
adiluhung, yaitu karya yang dapat menembus ruang dan waktu.Sedangkan pembagian
sastra itu sendiri ada dua yaitu, sastra lama (klasik) dan sastra baru (modern). Disini saya akan menjelaskan beberapa hal tentang
sastra Lama dan Sastra Modern.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1.2.1
Jelaskan
pengertian sastra Melayu klasik
1.2.1.1
Jelaskan
ciri-ciri sastra Melayu klasik
1.2.1.2
Jelaskan
penggolongan sastra melayu klasik
1.2.1.3
Jelaskan
beberapa bagian sastra Lama berdasarkan bentuknya
1.2.2
Jelaskan
pengertian sastra modern
1.2.2.1
Jelaskan
cirri-ciri sastra modern
1.2.2.2
Jelaskan
Priodisasi sastra modern
1.2.2.3
Jelaskan Pembagian Sastra Baru
1.2.3
Jelaskan
persamaan dan perbedaan sastra lama dan sastra modern
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SASTRA MELAYU KLASIK
Sastra melayu klasik juga disebut dengan Sastra melayu lama adalah
sastra yang terbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ajaran
atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya
agama islam pada abad ke-13.
Sastra melayu lama adalah bagian dari karya sastra Indonesia yang
dihasilkan antara tahun 1870-1842, yang berkembang dilingkungan masyarakat
sumatera seperti “langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya”.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair,
hikayat dan terjemahan novel barat.
Yang dimaksud dengan sastra melayu klasik adalah sastra yang hidup dan
berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga
mendekati tahun 1920-an di masa balaik pustaka. Masa sesudah islam merupakan
zaman dimana sastra melayu berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak
tokoh islam yang mengembangkan sastra melayu.
2.1.1 Ciri-ciri Sastra Melayu Klasik
- Bersifat
onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya
sastra.
- Merupakan
milik bersama masyarakat.
- Timbul
karena adat dan kepercayaan masyarakat
- Bersifat
istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
- Disebarkan
secara lisan
6.
Banyak bahasa
klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap
2.1.2 PENGGOLONGAN SASTRA MELAYU KLASIK
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu
tetentukerena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa
milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas: bentuk, isi,
dan pengaruh asing
Adapun penggolongan Sastra Melayu Klasik yaitu:
1.
Melayu
Klasik Asli
Seperti yang telah
di sebutkan sebelumnya bahwa sastra melayu klasik asli ini merupakan sastra
yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran dan
ucapan.
2.
Sastra
melayu pengaruh jawa
Pengaruh jawa cukup
mewarnai khazanah sastra melayu nusantara baik yang tumbuh di tataran tanah
Melayu Sumatera seperti sastra melayu Deli, Aceh, Minang Palembang, dan
sebagainya, maupun diluar sumatera seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, dan sebagainya. Kondisi semacam ini berkaitan dengan kekuasaan
pemerintahan kerajaan yang jumlahnya cukup banyak di Tanah Jawa. Puncaknya,
adalah munculnya Kerajaan Majapahit yang
menguasai banyak kerajaan kecil di berbagai tempat termasuk kerajaan-kerajaan
yang muncul di kawasan Malaysia, brunai, Filipina, singapura, dan sebagainya.
3.
Sastra melayu
India
Awal jaman
prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan berakhir setelah Indonesia
mengenal tulisan. Bila dilihat dari letak Indonesia merupakan jembatan
penghubung yang terletak di tengah-tengah dua Negara besar yang merupakan
sentral perekonomian Asia yaitu India dan Cina. Hubungan India-Cina terjadi
jauh sebelum abad V Masehi. Bukti-bukti adanya India-Indonesia tidak begitu
banyak. India sejak sebelum tarikh masehi telah mengenal tulisan dan telah
mengenal system kerajaan, mestinya terdapat peninggalan sejarah yang merekam
hubungan India – Indonesia secara jelas. Namun ternyata tidak di temukan dengan
lengkap.
beberapa
bukti mengenai hubungan India – Indonesia :
J Kitab Jataka, mengenai kelahiran sang Bhuda
Sidharta Gautama, dalam kitab tersebut di sebut-sebut sebuah negeri yaitu
Swarnabhumi = Sumatera
J Kitab Ramayana, menceritakan tentang kisah
rama – Shinta
J Argyre Chora = negeri perak
J Chrysie Chora = negeri emas
J Chrysie Chersonesos = semenanjung emas
J Labadiou = pulau enjelai
4.
Sastra
melayu Arab persi
Pengaruh Budaya
Arab – Persia dibidang Bahasa awalnya, konversi Islam terjadi di semenanjung
Malayu dan sekitarnya. Menyusul konversi tersebut, penduduknya meneruskan
penggunaan bahasa Melayu. Melayu ini digunakan sebagai bahasa dagang dan banyak
digunakan di bagian barat kepulauan Indonesia. Sesuai dengan perkembangan awal
Arab – Persia, bahasa melayu pun telah memasukkan sejumlah kosakata Arab ke
dalam struktur bahasanya.
Seiring dengan
naiknya Islam sebagai agama dominan di kepulauan nusantara, terjadi pula
adaptasi bahasa yang digunakan Islam. Ini diantaranya merasuk ke struktur
penanggalan Saka yang menjadi mainstream di kebudayaan India. Misalnya, nama-nama
bulan Islam kemudian disinkretisasi oleh Sultan Agung (Mataram Islam) ke dalam
system penanggalan Saka.
Selain masalah
pembagian bulan, bahasa Arab pun merambah ke struktur kosakata. Sama dengan
sejumlah bahasa sanskerta yang akhirnya diakui selaku bagian dari bahasa
Indonesia .
4.1 PERKEMBANGANNYA PESANTREN
Salah
satu wujud pengaruh Arab – Persia yang secara budaya lebih sistematik adalah
pesantren. Asal katanya kemungkinan “shastri” yang berarti “orang-orang yang
tahu kitab suci agama Hindu” dari bahasa Sanskerta. Atau, “cantrik” dari bahasa
jawa yang berarti “orang yang mengikuti kemana pun gurunya pergi”.
Fenomena
pesantren sesungguhnya telah berkembang sebelum Arab – Persia masuk. Pesantren
saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Arab –
Persia masuk, materi dan proses pendidikan di pesantren diambil oleh islam.
Pesantren
pada dasarnya sebuah asrama pendidikan Islam tradisional. Siswa tinggal bersama
dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang di kenal dengan
sebutan Kyai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren di mana kyai
berdomisili. Dengan kata lain, pesantren dapat diidentivikasi dengan adanya 5
elemen pokok yaitu: pondok, masjid, santri, kyai, dan kitab-kitab klasik.
Seputar peran
signifikan pesantren ini, Harry J. Benda menyebut bahwa sejarah Islam ala
Indonesia adalah sejarah memperbesarkan peradaban santri dan pengaruhnya
terhadap kehidupan keagamaa, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Melalui
pesantren ini, budaya Arab – Persia dikembangkan dan beradaptasi terhadap
budaya local yang berkembang di sekitarnya.
4.2 SARANA
PERIBADATAN
Masjid adalah tempat
beribadah bagi kalangan Islam. Masjid-masjid awal yang terbentuk pasca
penetrasi Arab – Persia ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di
Timur Tengah. Di antaranya adalah, tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan.
Kubah ini tergantikan dengan semacam “meru” yaitu susunan limas (biasanya tiga
tingkat atau lima) serupa dengan bangunan-bangunan Hindu.
Lalu di Indonesia
menara masjid biasanya tidak di bangun. Peran menara ini digantikan oleh bedug
atau tabuh yang menandai masuknya waktu shalat.
2.1.3 PEMBAGIAN SASTRA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA
A.
PROSA LAMA
1.
Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya
khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng
dibedakan menjadi:
a.
Fabel:
dongeng
tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan
agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko
dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk
sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret.
Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir,
bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengandung ajaran moral).
b.
Farabel:
dongeng tentang binatang atau
benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut
merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan
tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c.
Legenda:
dongeng
yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah
mengandung unsur sejarah.
d.
Mite:
dongeng
yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang
berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e.
Sage:
dongeng yang
mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah.
(Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was
gesagt wird” yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya
historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang
menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai
setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara
dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain
daripada dongeng yang biasanya optimis)
2.
Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa
Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian
isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat
hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto
memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang
mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para
orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat
tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
3.
Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang
kejadian atau asal-usul keturunan raja.
4.
Wira
Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya
adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu
memperoleh kemenangan.
B. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Jenis-jenis puisi lama:
1.
Mantra
Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib.
Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam
yang mengucapkannya.
Ciri-ciri:
Ø Berirama
akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Ø Bersifat
lisan, sakti atau magis
Ø Adanya
perulangan
Ø Metafora
merupakan unsur penting
Ø Bersifat
esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
Ø Lebih bebas
dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
2.
Bidal.
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra
Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan
sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah
a. Ungkapan,
yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau
beberapa patah kata.
b. Peribahasa
, yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang
dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c. Tamsil,
yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
d. Ibarat,
yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan
yang berisi perbandingan dengan alam.
e. Pepatah,
yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f. Pemeo,
yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau
pemacu semangat.
3.
Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh
syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan
isi).
Ciri-ciri pantun adalah
a. Pantun
terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang
disebut bait/kuplet.
b. Setiap
baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10
suku kata).
c. Separoh
bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait
berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d. Persajakan
antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau
aa-aa)
e. Beralun
dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun
dibedakan menjadi:
a. Pantun biasa,
yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina,
yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait,
yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait
pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun,
yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya,
separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka,
yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar
(aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun
anak-anak
-
pantun bersuka cita
-
pantun berduka cita
b. Pantun
muda
-
pantun perkenalan
-
pantun berkasih-kasihan
-
pantun perceraian
-
pantun beriba hati
-
pantun dagang
c. Pantun
tua
-
pantun nasehat
-
pantun adat
-
pantun agama
d. Pantun
jenaka
e. Pantun
teka-teki
4.
Gurindam
Gurindam
adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya
merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan
sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan
jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul
pengaruh kebudayaan Hindu.
5.
Syair
Kata
syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul
setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat
baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair
sering hanya mengutamakan isi.
Ciri-ciri syair
a.
terdiri
dari empat baris
b.
tiap
baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c.
persamaan
bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d.
tidak
ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e.
terdiri
dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f.
biasanya
berisi cerita atau berita.
6. Karmina
Ciri-ciri
karmina
Ø Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Ø Bersajak aa-aa, aa-bb
Ø Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Ø Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Ø Semua baris diawali huruf capital.
Ø Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Ø Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
7.
Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk
puisi Arab adalah:
a.
Masnawi,
yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan
disthikon). Skema persajakannya
berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b.
Rubai,
yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin).
Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau
kasih sayang.
c.
Kit’ah,
yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d.
Gazal,
yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza
atau oktaaf).
e.
Nazam,
yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
Di
samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu
dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu.
Bentuk-bentuk tersebut adalah:
1.
Kaba
Adalah
jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan.
Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya.
Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya adalah
cerita Sabai nan Aluih.
2.
Kakawin
Adalah
sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang mempergunakan metrum
dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya
disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan negarakertagama.
3.
Kidung
Jenis
puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa
4.
Parwa
Adalah
jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta dan
menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam
Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang
biasanya berbahasa Jawa Kuno.
5.
Cerita
Pelipur Lara
Sejenis sastra rakyat
yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang
waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan
kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam
usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama
dengan hikayat).
8.
Seloka
Ciri-ciri
seloka
Ø Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Ø Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
2.2 PENGERTIAN SASTRA MODERN
Sastra modern sering juga disebut dengan sastra baru, adalah sastra
yang muncul dan berkembang setelah masa sastra lama. Bisa dikatakan bahwa
sastra modern dimulai ketika terjadi perubahan-perubahan yang cukup mendasar
terhadap sifat dan ciri khas sastra yang digunakan masyarakat. Bisa dikatakan
pula bahwa lahirnya sastra modern adalah ketika mulai terjadi perubahan
penggunaan media yang digunakan yaitu dari media lisan yang bersifat kuno
menjadi menggunakan media tulisan yang lebih modern.
2.2.1
Ciri-ciri Sastra Modern
1. Tidak
tetikat oleh adat istiadat atau lebih fleksibel
2. Berhubungan dengan kondisi sosial masyarakat
3. Mencerminkan kepribadian penerbitnya
4. Mencantumkan nama pengarangnya.
5. Tidak
rerikat dengan kaidah baku dan menggunakan bahasa yang lebih bebas.
2.2.2
Priodisasi Sastra Modern:
§ Balai
Pustaka
§ Pujannga
Baru (tahun 1930/1933)
§ Angkatan
1945
§ Angkatan
1950-1960-an
§ Angkatan
1866-1970-an
§ Angkatan
Dasawarsa 1980-an
§ Angkatan
Reformasi
§ Angkatan
2000-an
§ Cyber
Sastra
ð ANGKATAN BALAI PUSTAKA
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di
Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai
Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul
dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti
kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai
Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa
Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa
Batak, dan bahasa Madura.
Miasalnya :
Ø Nur
Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka"
oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah
asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia
yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan
Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Ø Novel
Siti Nurbaya (Marah Roesli) dan Salah Asuhan (Abdul Muis) menjadi karya yang
cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan
tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang
banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
ð PUJANGGA BARU
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya
sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada
masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme
dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis.
Ciri-ciri
dari angkatan ini ialah karyanya bersifat romantic dan idealistik.
Misalanya : pada masa
itu terbit Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh
Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah (nyanyi sunyi) dan Armijn Pane
(belenggu). Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 -
1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Karyanya Layar Terkembang,
menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra
Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal
van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
ð ANGKATAN ‘45
Pengalaman hidup dan gejolak
sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Disebut
aliran modern dalam kesusastraan Indonesia karena bercirikan ingin bebas dari
segala ikatan. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya
Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada
angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti
halnya puisi-puisi Chairil
Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul
"Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para
sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati
nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai
karya pembaharuan prosa Indonesia.
Contoh penulis karya dan karya sastra angkatan
’45:
ð ANGKATAN ’50-’60-AN
Angkatan 50-an
ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.
Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan
puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan
majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini
muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastrarealisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan
sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan
mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir
pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Contoh Penulis dan Karya Sastra
angkatan ’50-60-an:
ð ANGKATAN ’66-70-AN
Angkatan ini
sering juga disebut dengan angkatan kontemporer. Angkatan ini ditandai dengan
terbitnya majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis. Semangat
avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya
sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan
lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia.
Penerbit Pustaka Jaya banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini.
Penerbit Pustaka Jaya banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini.
Beberapa satrawan pada
angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya. Adapun Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobodan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Contoh penulis dan Karya Sastra angkatan ’66-70-an:
ð ANGKATAN ’80-AN
Karya sastra di
Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa
angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado,
Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman
Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Namun yang tak boleh
dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu
lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori olehHilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan
yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik
membaca karya-karya yang lebih berat.
Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan ’80-an:
ð ANGKATAN REFORMASI
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ
Habibie lalu KH
Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang
"Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai
dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema
sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harianRepublika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Akan tetapi, wacana
mengenai lahirnya angkatan ini tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki
‘juru bicara’.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan
politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru.
Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi
kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu.
Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny
Hidayat dengan media online:
duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial-politik mereka.
Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan Reformasi:
ð
ANGKATAN 2000-AN
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi
muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002
melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah
buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun
2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra
dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai
menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul
pada akhir 1990-an, seperti Ayu
Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan 2000:
ð CYBER SASTRA
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya
sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia
maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi
non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs
Sastra Indonesia di dunia maya semisal :
2.2.3 PEMBAGIAN SASTRA BARU MENURUT
BENTUKNYA
A. PROSA BARU
Prosa baru adalah
karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat.
Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
1. Roman
adalah bentuk prosa
baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya.
Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak
sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau
aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur
bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari
pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain
sebagai berikut:
a. Roman Bertendens
yang di dalamnya terselip maksud
tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca
untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
b. Roman Sosial
memberikan gambaran tentang keadaan
masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat
yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka
Dunia oleh Adinegoro.
c. Roman Sejarah
yaitu roman yang
isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau
kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St.
Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
d. Roman Psikologis
yaitu roman yang lebih menekankan
gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya.
Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur
St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
e. Roman Detektif
yang isinya berkaitan dengan
kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen
Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS. polisi yang
tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak
Perawan oleh Suman HS,
2. Novel
adalah bentuk prosa baru yang
melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik,
dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut
mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel
pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang
dari cerpen.
3. Cerpen
adalah bentuk prosa
baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting
dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan
telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio
Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh
Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh
A.A. Navis.
4. Riwayat (Biografi)
adalah suatu
karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri
(otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga
dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof.
Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
5. Kritik
adalah karya yang
menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi
alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya
objektif dan menghakimi.
6. Resensi
adalah pembicaraan /
pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat
memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti
tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan
saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
7. Esai
adalah ulasan /
kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi
penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama,
film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat
subjektif atau sangat pribadi.
B. PUISI BARU
Puisi baru
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a)
Bentuknya
rapi, simetris
b)
Mempunyai
persajakan akhir (yang teratur)
c)
Banyak
mempergunakan pola sajak pantun dan
syair, meskipun ada pola yang lain
d)
Sebagian
besar puisi empat seuntai
e)
Tiap-tiap
barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f)
Tiap
gatranya terdiri dari dua kata (sebagian besar) :4-5 suku kata
2. Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya Puisi dibedakan atas:
a.
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
· Ciri-ciri
balada
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8
(delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah
menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai
refren dalam bait-bait berikutnya.
b.
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah
air, atau pahlawan
·
Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan,
seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an
c.
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang
berjasa
·
Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada
anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi
tertentu atau peristiwa umum.
d.
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan /ajaran
hidup
Epigramma
(Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e.
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan
cinta kasih
Romantique
(Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta
kasih mesra
f.
Elegi adalah puisi yang berisi ratap
tangis/kesedihan
·
Ciri-ciri elegy
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau
keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
g.
Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau
kritik
Satura
(Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati
satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Macam-macam Puisi Baru dilihat dari bentuknya
antara lain:
Ø
Distikon
• 2
baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa– bb
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima – aa– bb
Ø
Terzina
Terzina
(Itali: 3 irama)
Ø
Quatrain
•
Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
Ø
Quint
Pada mulanya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap
diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran
penyair untuk membina rima /aaaaa/
Ø
Sextet
• sextet
(latin: 6 baris)
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
Ø
Septime
• septime
(Latin: 7 baris)
•Rima akhir bebas
•Rima akhir bebas
Ø
Oktaf/Stanza
• Oktaf (Latin: 8 baris)
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
Ø
Soneta
ciri – ciri soneta :
· Terdiri atas 14 baris
· Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain
dan 2 terzina
· Dua quatrain merupakan sampiran
dan merupakan satu kesatuan yang disebut
octav.
· Dua terzina merupakan isi dan
merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
· Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
· Sextet berisi curahan atau jawaban
atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya
subyektif.
· Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
· Penambahan baris pada soneta disebut koda.
· Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya
antara 9 – 14 suku kata
· Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a,
c – d – c, d – c – d.
3. Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru
1)
BALADA
Puisi karya SUPARDI DJOKO DAMONO yang berjudul
“Balada Matinya Seorang Pemberontak”
2)
HYMNE
Bahkan batu-batu, yang keras
dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan
cara sendiri
Menggelihat derita pada
lekuk dan liku
Bawah sayatan khianat dan
dusta
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari
mahkota duri dan membulan paku
Yang
dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa
luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu
tersalib di datam hati.
(Saini
S.K)
3)
ODE
Generasi Sekarang
Di atas
puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan
kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
4)
EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah
yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun
pasti tergilas.
(Iqbal)
5)
ELEGI
Senja di
Pelabuhan Kecil
Ini kali
tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
6)
SATIRE
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair
salon,
yang bersajak tentang anggur dan
rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi
kesenian.
(Rendra)
Contoh Puisi
Berdasarkan Bentuknya
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c)
QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA (
OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
2.3 PESAMAAN
DAN PERBEDAAN SASTRA LAMA DAN SASTRA MODERN
2.3.1 Persamaan
Sastra Lama dan Sastra Modern
Ø
Karyanya sama-sama dibentuk oleh unsure intrinsik
Ø
Menggunakan kata atau bahasa yang terpilih, diksi yang
tepat
Ø
Mempunyai bahasa tuturan dan dialog (dalam prosa dan
drama)
Ø
Bertujuan untuk dibaca atau didengar orang lain agar mereka
mendapat hiburan dan atau nasehat
Ø
Bentuknya dapat berupa puisi, prosa, atau drama
2.3.2 Perbedaan
Sastra Lama dan Sastra Modern (berdasarkan cirri-cirinya)
SASTRA LAMA
|
SASTRA MODERN
|
1. Penyebarannya dari
mulut ke mulut
2. Bahasa yang digunakan kaku/statis
3. Tema cerita tentang
dewa-dewa, dongen petualangan yang bersifat mistis
4. Dipengaruhi oleh sastra
Arab dan Hindu / India
5. Penulisannya anonim
6. Prosa lama sastra yaitu
sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan yang sangat
lambat
7. Kraton sestris yaitu
cerita berkisah kerajaan, istana, raja, bersifat feoda
|
1. Gaya yang
aktif-romantis
2. Dinamis dalam tema dan
bahasa
3. Tema : Memperjuangkan
masalah kebudayaan dan bahasa
4. Berlandasan pada dunia
yang nyata, berdasarkan kenyataan dan kebenaran
5. Di pengaruhi oleh
kesusastraan barat
6. Prosa baru dinamis
(senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
7. Masyarakat sentries
yaitu cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat
|
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sastra
adalah Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sasatra bila di dalamnya terdapat kesepadanan
antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya
beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan
kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai prwujudan nilai-nilai karya
seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk,
karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga
sebaliknya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sastra disini memiliki
beberapa jenis, diantaranya adalah Sastra Lama dan Sastra Modern. Sastra lama
yaitu sastra yang hidup dan berkembang pada masa melayu, disebut sastra melayu
klasik karena pada saat itu belum mengenal tulisan dan masih berupa lisan.
Sedangkan sastra modern yaitu sastra yang berkembang setelah masa sastra lama
dan memiliki perubahan-perubahan
yang cukup mendasar terhadap sifat dan ciri khas sastra yang digunakan
masyarakat.
3.2
Daftar Pustaka
1.
^ Ricklefs,
M.C. (24 November 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
2.
^ Mahayana,
Maman S, Oyon Sofyan (24 November 1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
4. Intisari Sastra Indonesia oleh Drs. Supratman Abdul Rani dan Dra. Yani
Maryani
5. Intisari Bahasa dan sastra Indonesia oleh Dra. Yani Maryani dan Drs. Mumu
alhamdulillah
BalasHapusizin copy yah mbak?
BalasHapusMASTIN GOOOOOOOOOOLD
BalasHapusIzin copy ya kak
BalasHapus