Selasa, 06 Desember 2011

makalah



BAB I     
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Karya sastra merupakan hasil cipta rasa manusia. Karya sastra lahir dari ekspresi jiwa seorang pengarang. Suatu hasil karya dikatakan memiliki nilai sastra jika isinya dapat menimbulkan perasaan haru, menggugah, kagum, dan mendapat tempat di hati pembacanya. Karya sastra seperti itu dapat dikatakan sebagai karya sastra yang adiluhung, yaitu karya yang dapat menembus ruang dan waktu.Sedangkan pembagian sastra itu sendiri ada dua yaitu, sastra lama (klasik) dan sastra baru (modern). Disini saya akan menjelaskan beberapa hal tentang sastra Lama dan Sastra Modern.


1.2  RUMUSAN MASALAH
1.2.1       Jelaskan pengertian sastra Melayu klasik
1.2.1.1  Jelaskan ciri-ciri sastra Melayu klasik
1.2.1.2  Jelaskan penggolongan sastra melayu  klasik
1.2.1.3  Jelaskan beberapa bagian sastra Lama berdasarkan bentuknya
1.2.2       Jelaskan pengertian sastra modern
1.2.2.1  Jelaskan cirri-ciri sastra modern
1.2.2.2  Jelaskan Priodisasi sastra modern
1.2.2.3  Jelaskan Pembagian Sastra Baru
1.2.3       Jelaskan persamaan dan perbedaan sastra lama dan sastra modern

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SASTRA MELAYU  KLASIK
Sastra melayu klasik juga disebut dengan Sastra melayu lama adalah sastra yang terbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ajaran atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13.
Sastra melayu lama adalah bagian dari karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1842, yang berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti “langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera lainnya”. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Yang dimaksud dengan sastra melayu klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balaik pustaka. Masa sesudah islam merupakan zaman dimana sastra melayu berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh islam yang mengembangkan sastra melayu.
2.1.1 Ciri-ciri Sastra Melayu Klasik                          
  1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya sastra.
  2. Merupakan milik bersama masyarakat.
  3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
  4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
  5. Disebarkan secara lisan
6.     Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap
2.1.2 PENGGOLONGAN SASTRA MELAYU KLASIK
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tetentukerena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas: bentuk, isi, dan pengaruh asing
Adapun penggolongan Sastra Melayu Klasik yaitu:
1.     Melayu Klasik Asli
Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa sastra melayu klasik asli ini merupakan sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran dan ucapan.
2.     Sastra melayu pengaruh jawa
Pengaruh jawa cukup mewarnai khazanah sastra melayu nusantara baik yang tumbuh di tataran tanah Melayu Sumatera seperti sastra melayu Deli, Aceh, Minang Palembang, dan sebagainya, maupun diluar sumatera seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya. Kondisi semacam ini berkaitan dengan kekuasaan pemerintahan kerajaan yang jumlahnya cukup banyak di Tanah Jawa. Puncaknya, adalah munculnya Kerajaan  Majapahit yang menguasai banyak kerajaan kecil di berbagai tempat termasuk kerajaan-kerajaan yang muncul di kawasan Malaysia, brunai, Filipina, singapura, dan sebagainya.
3.     Sastra melayu India
Awal jaman prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan berakhir setelah Indonesia mengenal tulisan. Bila dilihat dari letak Indonesia merupakan jembatan penghubung yang terletak di tengah-tengah dua Negara besar yang merupakan sentral perekonomian Asia yaitu India dan Cina. Hubungan India-Cina terjadi jauh sebelum abad V Masehi. Bukti-bukti adanya India-Indonesia tidak begitu banyak. India sejak sebelum tarikh masehi telah mengenal tulisan dan telah mengenal system kerajaan, mestinya terdapat peninggalan sejarah yang merekam hubungan India – Indonesia secara jelas. Namun ternyata tidak di temukan dengan lengkap.
beberapa bukti mengenai hubungan India – Indonesia :
J  Kitab Jataka, mengenai kelahiran sang Bhuda Sidharta Gautama, dalam kitab tersebut di sebut-sebut sebuah negeri yaitu Swarnabhumi = Sumatera
J  Kitab Ramayana, menceritakan tentang kisah rama – Shinta
J  Argyre Chora = negeri perak
J  Chrysie Chora = negeri emas
J  Chrysie Chersonesos = semenanjung emas
J  Labadiou = pulau enjelai

4.     Sastra melayu Arab persi
Pengaruh Budaya Arab – Persia dibidang Bahasa awalnya, konversi Islam terjadi di semenanjung Malayu dan sekitarnya. Menyusul konversi tersebut, penduduknya meneruskan penggunaan bahasa Melayu. Melayu ini digunakan sebagai bahasa dagang dan banyak digunakan di bagian barat kepulauan Indonesia. Sesuai dengan perkembangan awal Arab – Persia, bahasa melayu pun telah memasukkan sejumlah kosakata Arab ke dalam struktur bahasanya.
Seiring dengan naiknya Islam sebagai agama dominan di kepulauan nusantara, terjadi pula adaptasi bahasa yang digunakan Islam. Ini diantaranya merasuk ke struktur penanggalan Saka yang menjadi mainstream di kebudayaan India. Misalnya, nama-nama bulan Islam kemudian disinkretisasi oleh Sultan Agung (Mataram Islam) ke dalam system penanggalan Saka.
Selain masalah pembagian bulan, bahasa Arab pun merambah ke struktur kosakata. Sama dengan sejumlah bahasa sanskerta yang akhirnya diakui selaku bagian dari bahasa Indonesia .

4.1  PERKEMBANGANNYA PESANTREN

Salah satu wujud pengaruh Arab – Persia yang secara budaya lebih sistematik adalah pesantren. Asal katanya kemungkinan “shastri” yang berarti “orang-orang yang tahu kitab suci agama Hindu” dari bahasa Sanskerta. Atau, “cantrik” dari bahasa jawa yang berarti “orang yang mengikuti kemana pun gurunya pergi”.
Fenomena pesantren sesungguhnya telah berkembang sebelum Arab – Persia masuk. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Arab – Persia masuk, materi dan proses pendidikan di pesantren diambil oleh islam.
Pesantren pada dasarnya sebuah asrama pendidikan Islam tradisional. Siswa tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang di kenal dengan sebutan Kyai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren di mana kyai berdomisili. Dengan kata lain, pesantren dapat diidentivikasi dengan adanya 5 elemen pokok yaitu: pondok, masjid, santri, kyai, dan kitab-kitab klasik.
Seputar peran signifikan pesantren ini, Harry J. Benda menyebut bahwa sejarah Islam ala Indonesia adalah sejarah memperbesarkan peradaban santri dan pengaruhnya terhadap kehidupan keagamaa, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Melalui pesantren ini, budaya Arab – Persia dikembangkan dan beradaptasi terhadap budaya local yang berkembang di sekitarnya.
4.2  SARANA PERIBADATAN
Masjid adalah tempat beribadah bagi kalangan Islam. Masjid-masjid awal yang terbentuk pasca penetrasi Arab – Persia ke nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur Tengah. Di antaranya adalah, tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah ini tergantikan dengan semacam “meru” yaitu susunan limas (biasanya tiga tingkat atau lima) serupa dengan bangunan-bangunan Hindu.
Lalu di Indonesia menara masjid biasanya tidak di bangun. Peran menara ini digantikan oleh bedug atau tabuh yang menandai masuknya waktu shalat.
2.1.3  PEMBAGIAN SASTRA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA
A. PROSA LAMA
1.       Dongeng
Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi pengarang.
Dongeng dibedakan menjadi:
a.       Fabel:
dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).
b.       Farabel:  
dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c.        Legenda:
dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
d.       Mite:       
dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e.       Sage:   
dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal dari kata jerman “was gesagt wird” yang berarti apa yang diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)
2.       Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
3.       Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan raja.
4.       Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.
B. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Jenis-jenis puisi lama:
1.       Mantra
Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang mengucapkannya.

Ciri-ciri:
Ø Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Ø Bersifat lisan, sakti atau magis
Ø Adanya perulangan
Ø Metafora merupakan unsur penting
Ø Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
Ø Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.

2.       Bidal.
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang termasuk dalam kategori bidal adalah
a.      Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
b.     Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c.      Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
d.     Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
e.      Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f.      Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai semboyan atau pemacu semangat.

3.       Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun adalah
a.      Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b.     Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c.      Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d.     Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e.      Beralun dua

Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi:
a.      Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b.     Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c.      Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
d.     Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e.      Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a.      Pantun anak-anak
-        pantun bersuka cita
-        pantun berduka cita
b.     Pantun muda
-        pantun perkenalan
-        pantun berkasih-kasihan
-        pantun perceraian
-        pantun beriba hati
-        pantun dagang
c.      Pantun tua
-        pantun nasehat
-        pantun adat
-        pantun agama
d.     Pantun jenaka
e.      Pantun teka-teki
4.       Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh kebudayaan Hindu.

5.       Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
            Ciri-ciri syair
a.      terdiri dari empat baris
b.     tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c.      persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d.     tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e.      terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f.      biasanya berisi cerita atau berita.

6.       Karmina
Ciri-ciri karmina
Ø Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Ø Bersajak aa-aa, aa-bb
Ø Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Ø Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Ø Semua baris diawali huruf capital.
Ø Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Ø Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.

7.       Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk puisi Arab adalah:
a.   Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan disthikon).  Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b.   Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.
c.   Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d.   Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaaf).
e.   Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.

Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut adalah:
1.   Kaba
Adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.
2.   Kakawin
Adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan negarakertagama.
3.     Kidung
Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa
4.     Parwa
Adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.
5.     Cerita Pelipur Lara
Sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan hikayat).
8.     Seloka
Ciri-ciri seloka
Ø Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Ø Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.


2.2 PENGERTIAN SASTRA MODERN                        
Sastra modern sering juga disebut dengan sastra baru, adalah sastra yang muncul dan berkembang setelah masa sastra lama. Bisa dikatakan bahwa sastra modern dimulai ketika terjadi perubahan-perubahan yang cukup mendasar terhadap sifat dan ciri khas sastra yang digunakan masyarakat. Bisa dikatakan pula bahwa lahirnya sastra modern adalah ketika mulai terjadi perubahan penggunaan media yang digunakan yaitu dari media lisan yang bersifat kuno menjadi menggunakan media tulisan yang lebih modern.
2.2.1 Ciri-ciri Sastra Modern
1.     Tidak tetikat oleh adat istiadat atau lebih fleksibel
2.      Berhubungan dengan kondisi sosial masyarakat
3.      Mencerminkan kepribadian penerbitnya
4.      Mencantumkan nama pengarangnya.
5.     Tidak rerikat dengan kaidah baku dan menggunakan bahasa yang lebih bebas.

2.2.2 Priodisasi Sastra Modern:
§  Balai Pustaka
§  Pujannga Baru (tahun 1930/1933)
§  Angkatan 1945
§  Angkatan 1950-1960-an
§  Angkatan 1866-1970-an
§  Angkatan Dasawarsa 1980-an
§  Angkatan Reformasi
§  Angkatan 2000-an
§  Cyber Sastra

ð ANGKATAN BALAI PUSTAKA
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Miasalnya :
Ø  Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.
Ø  Novel Siti Nurbaya (Marah Roesli) dan Salah Asuhan (Abdul Muis) menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

ð PUJANGGA BARU
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Ciri-ciri dari angkatan ini ialah karyanya bersifat romantic dan idealistik.
Misalanya : pada masa itu terbit Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah (nyanyi sunyi) dan Armijn Pane (belenggu). Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
ð ANGKATAN ‘45
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Disebut aliran modern dalam kesusastraan Indonesia karena bercirikan ingin bebas dari segala ikatan. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Contoh penulis karya dan karya sastra angkatan ’45:
§  Kerikil Tajam (1949)
§  Deru Campur Debu (1949)
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar:
§  Tiga Menguak Takdir (1950)
§  Aki (1949)

ð ANGKATAN ’50-’60-AN
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastrarealisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.

Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan ’50-60-an:
§  Bukan Pasar Malam (1951)
§  Di Tepi Kali Bekasi (1951)

§  Dua Dunia (1950)
§  Hati jang Damai (1960)

§  Dalam Sadjak (1950)

ð ANGKATAN ’66-70-AN
Angkatan ini sering juga disebut dengan angkatan kontemporer. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis. Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia.
Penerbit Pustaka Jaya banyak membantu dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya. Adapun Sastrawan pada angkatan 1950-an yang termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobodan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Contoh penulis dan Karya Sastra angkatan ’66-70-an:
§  O
§  Amuk
§  Kapak
§  Meditasi (1976)
§  Tergantung Pada Angin (1977)
                                                           
ð ANGKATAN ’80-AN
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori olehHilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan ’80-an:
§  Ladang Hijau (1980)
§  Sajak Penari (1990)
§  Burung-burung Manyar (1981)
§  Bako (1983)
§  Dendang (1988)
§  Olenka (1983)
§  Rafilus (1988)

ð ANGKATAN REFORMASI

Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harianRepublika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Akan tetapi, wacana mengenai lahirnya angkatan ini tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru bicara’.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan Reformasi:
§  Darman

ð ANGKATAN 2000-AN
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Contoh Penulis dan Karya Sastra angkatan 2000:
§  Saman (1998)
§  Larung (2001)

§  Supernova 2.1: Akar (2002)
§  Supernova 2.2: Petir (2004)
§  Ayat-Ayat Cinta (2004)
§  Diatas Sajadah Cinta (2004)
§  Dalam Mihrab Cinta (2007)
§  Laskar Pelangi (2005)
§  Sang Pemimpi (2006)
§  Edensor (2007)
§  Maryamah Karpov (2008)
§  Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)


ð CYBER SASTRA
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa situs Sastra Indonesia di dunia maya semisal : 
§     www.duniasatra.com.

2.2.3  PEMBAGIAN SASTRA BARU MENURUT BENTUKNYA
A. PROSA BARU
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
1.     Roman
adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
a.     Roman Bertendens
yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh  Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
b.     Roman Sosial
memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
c.      Roman Sejarah
yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.

d.     Roman Psikologis
yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
e.     Roman Detektif
yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS. polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS,
2.     Novel
adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen.
3.     Cerpen
adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

4.     Riwayat (Biografi)
adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.

5.     Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.

6.     Resensi
adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.

7.     Esai
adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif  atau sangat pribadi.

B. PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1.     Ciri-ciri  Puisi Baru
a)     Bentuknya rapi, simetris
b)     Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
c)     Banyak mempergunakan  pola sajak pantun dan syair, meskipun ada pola yang lain
d)     Sebagian besar puisi empat seuntai
e)     Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f)      Tiap gatranya terdiri dari dua kata (sebagian besar) :4-5 suku kata
2.     Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya Puisi dibedakan atas:
a.      Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
·       Ciri-ciri balada                       
Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.

b.     Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
·       Ciri-ciri hymne
Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau alma mater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an
c.      Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
·       Ciri-ciri ode
Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

d.     Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan /ajaran hidup
Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e.      Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
f.      Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
·       Ciri-ciri elegy
Sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
g.     Satire adalah puisi yang berisi sindiran atau kritik
Satura (Latin) ; sindiran ; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Macam-macam Puisi Baru dilihat dari bentuknya antara lain:
Ø  Distikon
 • 2 baris; sajak 2 seuntai
• Distikon (Greek: 2 baris)
• Rima –  aa–  bb
Ø  Terzina
Terzina (Itali: 3 irama)
Ø  Quatrain
• Quatrain (Perancis: 4 baris)
• Pada asalnya ada 4 rangkap
• Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
Ø  Quint
Pada mulanya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/
Ø  Sextet
• sextet (latin: 6 baris)
• Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
• Rima akhir bebas
Ø  Septime
• septime (Latin: 7 baris)
•Rima akhir bebas
Ø  Oktaf/Stanza
• Oktaf (Latin: 8 baris)   
• Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
Ø  Soneta
ciri – ciri soneta :
· Terdiri atas 14 baris
· Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
· Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang  disebut octav.
· Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
· Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
· Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
· Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
· Penambahan baris pada soneta disebut koda.
· Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
· Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.
                                                                                     
3.     Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru
1)     BALADA
Puisi karya SUPARDI DJOKO DAMONO yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”
2)     HYMNE
Bahkan batu-batu, yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggelihat derita pada lekuk dan liku
Bawah sayatan khianat dan dusta
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
3)     ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
4)     EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
5)     ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
6)     SATIRE
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Contoh Puisi Berdasarkan Bentuknya
a)     DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b)     TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c)     QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d)     QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e)     SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f)      SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g)     STANZA ( OCTAV )                      
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h)     SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

2.3 PESAMAAN DAN PERBEDAAN SASTRA LAMA DAN SASTRA MODERN
2.3.1  Persamaan Sastra Lama dan Sastra Modern
Ø  Karyanya sama-sama dibentuk oleh unsure intrinsik
Ø  Menggunakan kata atau bahasa yang terpilih, diksi yang tepat
Ø  Mempunyai bahasa tuturan dan dialog (dalam prosa dan drama)
Ø  Bertujuan untuk dibaca atau didengar orang lain agar mereka mendapat hiburan dan atau nasehat
Ø  Bentuknya dapat berupa puisi, prosa, atau drama







2.3.2  Perbedaan Sastra Lama dan Sastra Modern (berdasarkan cirri-cirinya)
SASTRA LAMA
SASTRA MODERN
1.     Penyebarannya dari mulut ke mulut
2.     Bahasa yang digunakan kaku/statis
3.     Tema cerita tentang dewa-dewa, dongen petualangan yang bersifat mistis
4.     Dipengaruhi oleh sastra Arab dan Hindu / India
5.     Penulisannya anonim
6.     Prosa lama sastra yaitu sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan yang sangat lambat
7.     Kraton sestris yaitu cerita berkisah kerajaan, istana, raja, bersifat feoda
1.     Gaya yang aktif-romantis
2.     Dinamis dalam tema dan bahasa
3.     Tema : Memperjuangkan masalah kebudayaan dan bahasa
4.     Berlandasan pada dunia yang nyata, berdasarkan kenyataan dan kebenaran
5.     Di pengaruhi oleh kesusastraan barat
6.     Prosa baru dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
7.     Masyarakat sentries yaitu cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat


                                                            














BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Sastra adalah Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sasatra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai prwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sastra disini memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah Sastra Lama dan Sastra Modern. Sastra lama yaitu sastra yang hidup dan berkembang pada masa melayu, disebut sastra melayu klasik karena pada saat itu belum mengenal tulisan dan masih berupa lisan. Sedangkan sastra modern yaitu sastra yang berkembang setelah masa sastra lama dan memiliki perubahan-perubahan yang cukup mendasar terhadap sifat dan ciri khas sastra yang digunakan masyarakat.

3.2    Daftar Pustaka

1.    ^ Ricklefs, M.C. (24 November 1991). A History of Modern Indonesia 1200-2004. London: MacMillan. hlm. 117.
2.    ^ Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan (24 November 1991). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo. hlm. 370.
3.    ^ Yudiono (24 November 2007). Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. hlm. 167.
4.     Intisari Sastra Indonesia oleh Drs. Supratman Abdul Rani dan Dra. Yani Maryani

5.     Intisari Bahasa dan sastra Indonesia oleh Dra. Yani Maryani dan Drs. Mumu